"Semoga Allah memberi kerahmatan kepada seseorang yang memberitahu terhadap segala aib diriku" - Umar bin Khattab
Rambut boleh sama hitam, isi pikiran belum tentu samasama ungu *lohh*.
Begitulah. Setiap kita punya selera dan sudut pandang berbeda untuk sesuatu. Mulai dari topik politik, tingkah polah manusia, penampilan teman sendiri, cara mengambil keputusan, hasil masakan, melodi sebuah lagu, isi blog, semua hal. Maka, perbedaan adalah sunnatullah. Perbedaan itu seperti pelangi. Perbedaan tersebutlah yang membuat hidup kita jadi lebih indah, dinamis, penuh tantangan, tak melulu begitu-begitu saja.
Dengan perbedaan pandangan pulalah, kadangkala muncul keinginan untuk mengkritik. Kalau sudah dikritik, kata Pak Jonru Ginting, reaksi alamiah yang kita rasakan adalah emosi. Masih belum banyak yang bisa seperti Sayyidina Umar bin Khattab, yang ketika diberitahu tentang aibnya (baca: dikritik), justru mendoakan supaya Allah memberikan rahmat kepada yang mengkritik.
Saya pun pernah merasakan tidak enaknya dikritik. Apalagi kalau kritikan yang muncul akibat sentimen pribadi. Beuuh, malesin banget. Nevertheless, kita memerlukan kritik untuk perbaikan diri.
Nah, yang harus kita perhatikan dalam kritik mengkritik adalah bagaimana supaya kita bisa menyampaikan kritik dengan asyik. Berikut beberapa hal yang sebaiknya kita perhatikan ketika memberi kritik supaya orang lain tidak langsung tersinggung:
1. Niatkan karena Allah.
Innama a'malu binniyaat, jika diniatkan karena Allah, maka akan baik hasilnya. Mengkritiklah dengan cinta, dengan tujuan sematamata karena ingin melihat orang yang dikritik menjadi lebih baik. Kritik itu sifatnya membangun, jadi urungkan saja niat mengkritik kalau hanya untuk menjatuhkan.
2. Perhatikan tempat
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau dipermalukan. Mengkritik di ruang privat: face to face, e-mail to e-mail, sms to sms, atau by phone, lebih elok daripada mengkritik di depan umum.
3. Diksi atau pilihan kata
Gunakan kalimat yang santun dan enak didengar. Daripada langsung berkata: "Blog kamu jelek ah warnanya, kesannya childish", lebih baik "Kalau diganti pake warna ungu muda kayaknya blog ini bakal jadi lebih mature deh". Eaaaa, contoh apa-apaan ini :p
Tak adalah salahnya juga mengawali kritik dengan pujian, dan menutupnya dengan pujian pula. Kalau kata pak Jonru, namanya kritik ala sandwich.
Contoh: Joko, saya tahu kamu seorang pemuda yang baik hati. Saya tahu kamu bermaksud membantu orang tersebut. Tapi kalau boleh memberi saran, alangkah baiknya bila kamu memberikan bantuan dengan cara yang lebih santun. Kemarin saya lihat, cara yang kamu lakukan justru membuat orang-orang tersebut merasa tersinggung. Namun bagaimanapun, saya mengagumi sifat kamu yang sangat dermawan. Salut deh!
4. Posisikan diri dengan tepat
Kadangkala ketika mengkritik, orang yang kita kritik HARUS menerima kritikan. Otoriter sekali yah. Padahal, kalau kelewat ngoto seperti itu, orang lain malah jadi malas bahkan untuk sekedar mendengar saran kita. Sebaiknya, posisikan diri sebagai orang yang memberi masukan. Jadi, terserah orang tersebut mau menerima kritikan atau tidak.
5. Pahami latar belakang tindakan seseorang
Bila kita mengkritik lalu orang tersebut melakukan pembelaan, hargailah pembelaan dia. Bahkan kalau misalnya kita tidak setuju pada pembelaan dia, awalilah "serangan balik" dengan sebuah kalimat yang berisi penghargaan atau pujian terhadap apa yang dia ucapkan. Setelah itu, lanjutkan dengan kritik berikutnya.
6. Kuasai permasalahan
Berpendapat memang hak semua orang. Tapi kalau sudah berpendapat pada hal yang tidak kita kuasai, yang muncul malah kesalahpahaman, bikin masalah jadi makin ribet. Makanya di twitter, ketika akan sharing artikel, saya sesekali mengingatkan: Read first sebelum komentar, daripada #asalmangap :D
7. Fokus
Spesifiklah ketika akan mengkritik. Mau mengkritik tindakan, kalimat, atau penampilan? Jangan sampai lost focus. Mentang-mentang terlanjur tak suka dengan orang/lembaga/organisasi, bawaan pengen dikritik terus deh.
8. Senyum
Dalam mengkritik, senyuman berfungsi untuk menghindari ketegangan. Tentunya senyuman yang ikhlas. Kalau pake senyuman sinis sama aja bohong *ngomong sama diri sendiri :p*
7. Fokus
Spesifiklah ketika akan mengkritik. Mau mengkritik tindakan, kalimat, atau penampilan? Jangan sampai lost focus. Mentang-mentang terlanjur tak suka dengan orang/lembaga/organisasi, bawaan pengen dikritik terus deh.
8. Senyum
Dalam mengkritik, senyuman berfungsi untuk menghindari ketegangan. Tentunya senyuman yang ikhlas. Kalau pake senyuman sinis sama aja bohong *ngomong sama diri sendiri :p*
Jika suatu hari kita dikritik, baik dengan kritik yang beretika atau kritik yang diselipi sentimen pribadi, berprasangka baik sajalah. Kita dikritik karena kita lovable, kita disayang oleh yang mengkritik. Kata suami saya, orang yang menyayangi akan senantiasa memberi nasehat terbaik, agar yang disayang selamat dunia akhirat :)
Demikianlah tentang kritik mengkritik. Tulisan ini adalah #ntms alias note to myself alias self-reminder.
Punya cara sendiri untuk mengkritik dengan asyik? Tambahi di kolom komentar yaa..
Punya cara sendiri untuk mengkritik dengan asyik? Tambahi di kolom komentar yaa..
Ini menarik karena dalam pandangan saya kritik memang umumnya disampaikan secara tertulis maupun lisan baik menggunakan media cetak maupun media lainnya. Jika kritik disampaikan melalui media umum misalnya koran, biasanya mendapatkan tanggapan. Ujung ujungnya bisa menjadi POLEMIK yang tidak berkesudahan.
ReplyDeleteKritik memang baik, tetapi jika disampaikan dengan cara yang tidak santun biasanya mengundang temper (emosi) bagi yang merasa kena kritik. Umumnya kritik ditujukan tidak secara langsung, namun yang merasa kena kritik tentu akan segera bisa menangkap maksudnya.
great Posting
Sasya dapet ilmu lagi euy makasih mbak ^^
ReplyDeleteohiyaya kang, kalo di media cetak kan ga ada intonasinya ya hehe
ReplyDeleteBetul kang, kalo tidak secara langsung, kadang2 bisa salah sasaran :)
thanks a lot Kang Asep
sip deh dik asep ^^
ReplyDeletethanks komennya. Tapi baru saja saya edit. itu artikel part Three yang ada baloooooon. Part three di simpan buat besok.
ReplyDeleteYang sekarang sudah diedit. part Two dulu. Tapi iheihehiehiehiehie sudah "ngintip" part three ya,. Xixixixixie
Wah nama kita sama ya ya Kang Asep Saepurohman. AKu cek di FB juga banyak yang nama depannya "Asep". Hmmm pasaran donk xixixixie
ReplyDeletepissss
oh yakah? hihii pantesan sempat galat tadi..
ReplyDeleteBukan pasaran kang, tapi POPULER
ReplyDeletehehehe..
Mengutip twit saya sendiri yang kebetulan kayaknya nyambung, "Mereka yang berani mengkritik dengan identitas jelas, jauh lebih terhormat daripada yang memilih menyembunyikan jati dirinya."
ReplyDeletePasalnya, banyak orang yang cenderung lempar batu sembunyi tangan. Kritik mau, tapi tak mau terus terang. Sehingga sulit untuk mengetahui niat di balik kritik tersebut. Apakah memang betul hendak memberikan kritik yang membangun? Atau jangan-jangan hanya berdasarkan sentimen pribadi belaka (eit, mirip lagi deh sama poting blog dini lainnya heheheh)
Orang yang tak berani tampilkan jadi dirinya ini pun biasanya mengarah kepada menggeneralisasi masalah, tak mau lihat kasus per kasus, cenderung untuk menuduh dan hal-hal berbau negatif lainnya, dan seringkali ditulis dengan pilihan diksi yang tak bermutu, penuh kata-kata kasar.
Kritik, yang harusnya jadi sarana untuk berkaca atas kekurangan dan berubah jadi lebih baik, janganlah malah menjadikan orang kehilangan kepercayaan diri, putus asa dan membenci orang di sekelilingnya yang menganggap ia tak berguna/hanya tahu menyalahkan dirinya, dst.
Memberikan kritik, tidak mudah.
Baiklah kakaaakkkk inilah komentar saya....
Semoga memuaskan (^-^)
Mangstap!!
ReplyDeleteSepakat mbak, mengkritik memang ndak mudah.. paling repot tu ngadapi org yg dikitdikit over generalize *eaaa campur kode :p
Saya rasa salah itu manusiawi. Mana ada manusia yang tidak pernah punya salah. Saya sendiri aja banyak melakukan kesalahan. Lantas jangan sampai kesalahan seseorang itu diumbar ke media sosial sehingga menimbulkan opini yang negatif.
ReplyDeleteDon't fight online sudah saya sebut dalam tulisan saya. Kalaw mau mengeritik tulis saja langsung ke email yang bersangkutan, ke nomor HP nya atau apa saja. Menjatuhkan seseorang di depan umum adalah hal yang tidak cerdas. Penjahat pun masih diberi kesempatan untuk membela diri dan maka dari itu penjahat teri pun berhak di dampingi pembela.
setujuuuuuu..
ReplyDeleteSatu lagi Kritik yang disampaikan dengan bahasa Kualitatif seperti yang disebut Bu Temi seperti penggunaan bahasa yang "rude" alias kasar, tak bermutu, dalam pandangan saya itu bukanlah kritik. Melainkan Menghujat.
ReplyDeleteKritik tidak perlu disampaikan dengan bahasa berapi api dengan dilandasi dendam kusumat, kedengkian atau semacam terselip rasa kebencian kepada seseorang.
Menghujat lebih mengarah kepada personal atau kepriabdian seseorang. Menjadi profesional dalam memberikan kritik sampai sekarang blum bisa saya lakukan. Amatr sulit bagi saya memberi kritikan kepada orang, karena saya sendiri saja sudah banyak noda, dosa, dan kesalahan. Kesalahan saya saja sudah banyak, jadi tidak ada gunanya saya memberi kritik kepada orang lain.
Setuju kang. Anyway kalo saya ada hal yg perlu dikritik jangan segan kritik saya ya kang hehehe
ReplyDelete