coba template

Words and Sentences are Inspiration and Motivation

Thursday, April 28, 2011

Dapat award lagi


Wow, it's such a surprise! Ketika saya mampir ke blog salah satu siswa saya, sedikit kaget menemukan link blog beserta nama saya di sana. I got an award? What kind of award? Oh, award ini rupanya: Lovely blog award. Does this blog lovely? Iya donk, kan barusan ganti template hehehe.

Anyway, after being a long time didn't get any award, saya senang juga dapat award. Terakhir kali dapat blog award itu Oktober 2009, Inspirational Blog Award, katanya. Hahahaha. Padahal saya yakin deh, pemberian award ini cuma buat lucu-lucuan aja, iya kan? Yah, selain juga untuk membangkitkan kembali semangat ngeblog yang sempat hilang juga ya barangkali. Okelah kalo itu alasannya.

Jikalau demikian, maka berikutnya saya pengen ngasi award ke beberapa orang teman. Bukan sekedar buat luculucuan, melainkan supaya mereka kembali ke dunia blogging, nulis lagi, walaupun ga tiap hari, sebulan sekali cukuplah supaya kalo mampir ke blognya, ga tulisan itu lagi itu lagi yang nongol.

Berikut ini teman-teman yang saya anugerahi award:

1. Suami saya: Abang Priana Ashri. Mana? Mana janjimu mau menulis lagi?
2. Senior dan saudari saya: Lisa Listiana. Duh yang dah lulus CPNS. Nulis lagi dooonk :D
3. Gaby member: Fika Ayu Rizqia. Bu sekretaris yang cantik, ayooo nulis lagiii.
4. Senior dan saudara saya nun jauh dimato: Dian Prawira. Cepat sikit nulis lagi!
*agak garang sikit*

Udah deh, 4 itu aja hehe. Untuk teman-teman yang punya blog tapi merasa sudah begitu lama diabaikan, bersegeralah menulis. Menulis itu menghasilkan kata-kata. Kata-kata akan kau rangkai menjadi kalimat. Dan percayakah teman-teman, bahwa kalimat dapat menjadi inspirasi dan motivasi? Saya percaya :)
Read More

Tuesday, April 19, 2011

Post Wedding Session

Photo by RF


Alhamdulillah. Setelah menanti hampir 3 bulan, akhirnya kesampaian juga Post Wedding photo session kami. Walaupun berat badan kami berdua kian bertambah, hajarrrr sajaaa. Saya pribadi yakin, ga bakalan kentara deh. Pasti bisa ditutupin. Contohnya ya foto di atas itu, salah satu pose favorit saya hehehehe..

Foto yang di atas itu adek saya yang motret. Selain bareng Shafa Photography, adek saya yang memang lagi belajar photography juga membawa 1 temannya *sebut saja Ramadhan, nama sebenarnya* untuk mengabadikan momen yang dinanti-nanti ini. Bayangin aja, tadinya mau photo outdoor itu setelah akad nikah. Cuman, rupanya waktu itu di hari yang sama, Shafa Photography ada job motret di resepsi pengantin lain, yang ternyata adalah murid les Bahasa Inggris saya. Ajiib kan murid saya, nikah duluan.

Maka, bang Ivan selaku bosnya Shafa Photography pun menyatakan bahwa untuk sesi foto outdoor, kami bebas pilih hari. Sesempatnya kami, kata beliau. Nah, setelah menyesuaikan jadwal sana sini *padahal yang sibuk malah fotografernya hehe* akhirnya dipilihlah Senin, 18 April 2011 kemarin. Sangat pas untuk ajak serta adik saya karena dia lagi libur dalam rangka UAN. Jadi deh kami berangkaaat.

Alhamdulillah, cuaca sangat mendukung. Pagi sampai siang cerah, secerah hati kami berdua yang pagi kemarin berasa akan melangsungkan akad nikah lagi hehehehehe. Kami pake setelan kebaya putih, tapi beda dari setelan akad nikah kemarin. Yang spesial dari sesi post wedding ini: Kami memilih make-up natural supaya lebih orisinil :D

Dimulailah perjalanan menuju lokasi pemotretan. Sempat kaget waktu nyampe di daerah yang biasa sekedar saya lewati waktu selesai olahraga pagi. Betapa mata fotografer itu sangat lihai ya. Area yang bagi orang awam barangkali hanya nyaman untuk berjualan, numpang berteduh kala hujan, atau bahkan sekedar buat parkir kendaraan, ternyata jadi begitu indah saat ditangkap oleh kamera fotografer dengan jiwa seni tinggi. Sangat salut pada mereka berlima yang tadi keringatan ambil semua pose kami. Melihat sebagian hasil foto yang ada, alhamdulillah lumayan hilang rasa pegal di kaki.

Saya membayangkan, jika di tempat yang relatif 'biasa-biasa saja' dan sudah agak dicemari oleh tangan jahil manusia saja hasil foto bisa sebagus itu, bagaimana kalau berfoto di area terbuka lainnya seperti pantai, gunung, hutan dan sungai yang masih terjaga? Anyway, kembali teringat kata bang Ivan tadi. Peralatan hanyalah penunjang. Orang di belakang peralatan itulah yang sangat penting.

Dari sesi post wedding kemarin kami belajar, peralatan secanggih apapun tak kan bisa mengalahkan 'peralatan' ciptaan Allah :) Oh, dan juga satu lagi, bahwa pacaran setelah menikah itu sungguh ajiib :D

Btw, ini hasil copy dari wedding blog hehehe.
Read More

Monday, April 18, 2011

Jadi PNS? Kasi Rp. 75 juta dulu.


Image: here

Nah lho, judul yang sangat controversial ya? Biarin, biar sama kayak media-media online yang suka fenomenal ngasi judul. Supaya rame yang baca hehehe. Anyway, judul itu bukanlah sekedar fiksi belaka. Ini cerita tentang percakapan yang saya dengar secara langsung dalam perjalanan dari Pontianak ke Sekadau, tempat saya berdomisili bersama suami saat ini. Baiklah, mari kita mulai postingan ini dengan melafadzkan Bismillahirrahmaanirrahiim.

Menjadi Pegawai Negeri Sipil barangkali menjadi citacita sebagian warga Indonesia. Alasannya, karena gajinya tetap, liburan tetap digaji, setelah pensiun pun tetap dapat gaji. Belum lagi frekuensi kenaikan gaji PNS yang cukup teratur walaupun persennya tak seberapa. Pokoknya enak deh jadi PNS. Termasuklah orang tua saya yang kuat betul keinginannya menjadikan saya sebagai PNS. Bahkan tahun lalu, saya ikut ngelamar PNS dan bersyukur ga lulus. Cerita tentang kenapa saya bersyukur atas ketidaklulusan saya bisa dibaca di sini.

Sudah menjadi semacam rahasia umum bahwasanya untuk menjadi PNS bukanlah hal gampang. Menjadi gampang asalkan punya link dan punya uang untuk memuluskan langkah menjadi PNS. Nominal uangnya pun luar biasa banyak. Bisa dipake buat bisnis. Nah, awalnya saya hanya sedikit percaya tentang fenomena ini. Karena, saya punya cukup banyak keluarga yang sudah menjadi PNS, juga beberapa teman yang saya tau betul jadi PNS atas hasil perjuangan dan ridho Allah. Anda barangkali salah satunya :)

Kedua orang tua saya, PNS 2-2nya. Jangankan mau nyogok buat jadi PNS. Waktu itu tinggal aja masih di gang kecil dibawah jembatan Kapuas. Link? Mereka orang daerah yang ngelamar PNS di Pontianak. Ga punya link untuk memuluskan jalan. Kemudian, Om saya (suami dari adiknya ibu saya) juga PNS. Jangankan mau nyogok buat jadi PNS, orangtuanya aja ‘cuma’ tukang kayu. Begitulah. Maka, saya tak begitu percaya dengan praktek suap-suapan yang orang-orang bilang karena di sekitar saya tak ada yang seperti itu. Nah, setelah mendengar secara langsung percakapan orang-orang dalam taxi ketika menempuh perjalanan pulang tempo hari itulah saya jadi cukup percaya dengan fenomena memiriskan hati tersebut.

Di dalam taxi yang saya tumpangi, rupanya ada istri pejabat setempat. Sebut saja namanya Ibu Lady (tentu saja bukan nama sebenarnya). Ada juga seorang PNS yang berprofesi seperti Briptu Norman hehehe. Tebak aja sendiri ya :D. Untuk memudahkan jalan cerita, kita kasi nama Palsu (jelas bukan nama sebenarnya, orang tua mana yang tega ngasi nama anak Palsu). Trus, seorang lagi yang terlibat adalah seseorang yang sedang mencari kerja dan pengen jadi PNS. Kita namai ia Melinda (bukan nama sebenarnya). Palsu dan Melinda ini temanan.

Bagian yang membuat saya kaget adalah ketika Ibu Lady yang duduk di samping pak supir yang sedang bekerja berkata begini: “…. siapkan 75 buat jadi pegawai bang, lancar. Tapi anak Ibu malah ga mau disuruh jadi PNS kalo kayak gitu. Dia bilang nanti repot balikinnya lagi. Bener juga ya, dalam hati Ibu,” ujar bu Lady.

Hah? Apa-apaan ini? Jadi PNS 75? Sampe di situ saya masih belum begitu ngeh dengan maksud bu Lady. Keheranan saya terjawab setelah terjadi percakapan berikut ini:

Mas Palsu: Bu, kalo buat jadi perawat 75 juga kah?

Bu Lady: Standarnya sih segitu bang.

Mas Palsu: Ini bu, adek saya pengen jadi PNS juga (sambil pegang pundak Melinda)

Bu Lady: Kalo untuk kesehatan lumayan tuh saingannya. Tapi nanti ibu coba bantu ya. Ada banyak teman ibu di BKD.

Mas Palsu: Boleh tu dek.

Melinda: Adek ni bukan jurusan perawat bang.

Mas Palsu: Calon saya bu yang lulusan perawat. Banyak saingannya buat jadi PNS.

Bu Lady: Kalo adek jurusan apa? Lulusan mana?

Melinda: *menyebutkan jurusan dan nama sebuah universitas di Jakarta*

Bu Lady: Kalau mau ngelamar tahun ini, ngelobinye harus jauh-jauh hari. Trus juga yang penting posisi yang dilamar tersedia. Jangan sampai jurusan lain dengan posisi yang dicari nanti orang-orang bisa heran.

Mas Palsu: Dulu saya pas mau jadi PNS juga siapkan uang, tapi ndak nyampe puluhan juta. Belasan jak.

Bu Lady: Tahun lalu ada 7 orang yang minta tolong sama bapak *maksudnya suami bu Lady yang juga pejabat setempat*, 5 orang lulus semuanya. Tapi itu ngasi uangnya bukan ke Ibu. Nanti dihubungkan ke orang BKDnya langsung. Kalau adek mau, simpan nomor Ibu. Nanti Ibu coba bantu.

Melinda: Boleh lah bu. *sambil simpan nomor bu Lady*.

I was so speechless. Saya berasa jadi setan bisu waktu itu. Membiarkannya tanpa berkata apa-apa. Sesak sekali rasanya dada saya waktu itu. Dalam speechless saya mikir, apakah enaknya jadi PNS tapi pake suap begitu? Apakah gaji yang kemudian diterima tiap bulan menjadi halal? Benar-benar speechless, dan semakin speechless mendengar lanjutan percakapan tersebut:

Bu Lady: Kalo yang buat jadi polisi itu berat juga tu saingannya. Titipannya banyak. Perang bintang di atas tu. Siapa yang bintangnya lebih tinggi ya jatahnya dia. Tapi beberapa tahun lalu anak Ibu sempat mau dijadikan polisi di daerah Gorontalo karena adek Ibu ada posisi di sana. Ndak lolos karena umurnya kurang 2 bulan. Kalo persyaratan yang lewat komputer gitu susah dibohongi. Akhirnya ndak bisa lanjut tes. Padahal anak ibu udah siap-siap berangkat. Tiket udah dipesan. Udah packing. Sempat stress dia.

Bu Lady: Belum lagi yang jadi tim sukses. Ada tuh teman ibu anaknya ndak lulus di daerah *menyebutkan nama daerah di Kalimantan Barat, dekat Pontianak*. Dia udah jadi tim sukses bupati itu. Ternyata banyak yang jadi tim sukses beliau kan, jadi bupatinya pun bingung mau luluskan yang mana.

Oh my goodness! Porak poranda sekali sistem di negara ini. Begitu gampang dimasuki orang-orang tak bertanggungjawab yang seenaknya mengambil jatah orang yang seharusnya lulus. Inilah yang disebut sebagai Uang Berbicara. Sudah biasa terjadi di negeri ini, dan FAKTA, BENAR ADANYA. Saya dengar langsung hari Rabu, 6 April 2011 dalam Kijang Innova menuju Sekadau. Rasanya pengen lapor polisi, tapi kalo di atas malah ‘perang bintang’ buat ambil posisi itu, ngapain juga.

Dalam kondisi seperti itu, saya gunakan selemah-lemahnya iman: berdoa agar saya terhindar dari golongan yang demikian dan berharap semoga orang-orang ini sudah tau tentang hadits Baginda Rasul SAW yang berbunyi:

“Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ia berkata, Rasulullah sa mengutuk penyuap dan yang menerima.” (H.R At Tirmidzi)

“Dari Abdullah bin Amr, bahwasanya ia berkata: Rasulullah saw bersabda; Laknat Allah semoga diturunkan kepada orang yang menyuap dan yang menerima suap.” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Abu Zur’ah dari Tsaubah berkata: Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap, yang disuap, dan perantaranya” (HR. Ahmad)

Tentu saja saya sama sekali tidak menggeneralisir bahwa semua yang jadi PNS melewati proses suap-suapan. Oknum lah yang melakukannya, dan oknum tersebut memang benar-benar ada di negara tercinta ini. Pantas saja sebagian orang pesimis bahwa korupsi di Negara ini sulit diberantas. Semacam sudah mengakar sampai ke poripori paling dalam. Tapi, saya pribadi masih optimis bahwa Harapan itu Masih Ada. Mari kita Bekerja Untuk Indonesia. Horeeee.

Oiya, again, the last but not least, jika temanteman yang sekarang sedang baca pos ini merasa tersinggung, saya mohon maaf ya. No intention at all to do so, kok. Ini murni menceritakan fenomena di negara tercinta Indonesia. Harapan saya, semoga setelah baca tulisan ini, akan smakin banyak yang lebih takut pada adzab Allah daripada sekedar takut ga lulus PNS. Sekian dan terima kasih :)

Read More

Tuesday, April 5, 2011

Air mata bapak

Wow, sudah lama sekali saya vakum menulis. Apa karena sudah menikah? Ah, ga usah cari-cari alasan deh dini. Dari dulu sejak sebelum menikah juga saya sering males nulis kok hehehehe. Yayaya baiklah. 'Malas' adalah alasan saya lama tak muncul di blog ini.

Anyway, sebagaimana yang saya janjikan di postingan saya sebelumnya, kali ini akan saya ceritakan pekan-pekan pertama kami menjalani rumah tangga. Karena ini saya yang nulis, maka saya hanya akan menuliskan yang saya rasakan. Sedangkan suami saya? Biarin aja dia nulis sendiri. Punya blog juga kok. *Ayooo ayooo mari kita nulis lagi pak Priana Ashri*

2 pekan setelah akad nikah dan walimah, saya dan suami masih di Pontianak. Kenapa di Pontianak? Salah 1 alasannya adalah karena sepekan setelah walimah, bapak dan ibu saya harus terbang ke Malang untuk ujian tesis mereka. Maka, kami pun temani 2 adik saya di Pontianak. Konsekuensinya, kami lebih banyak habiskan waktu dengan wisata kuliner. 2 pekan pertama belum ada masakan spesial yang saya sajikan untuk suami selain kopi radix setiap pagi. Oh, dan juga sepiring spaghetti.

Sepulangnya bapak dan ibu saya dari Malang, kami sudah siap pindah ke Sekadau, ke tempat di mana saat ini suami saya menjalankan usahanya. Nah, di sinilah atmosfir hati saya mulai berubah. Berubah jadi jauh lebih mellow. Belum ada gambaran sama sekali tanah baru yang akan saya pijak setiap hari nanti. Suasana seperti apa yang akan saya hadapi, juga belum tergambar dengan jelas tiap kali saya memikirkan akan pindah. Sedih, sangat amat sedih saat itu. Bercampur baur.

Sedih karena ini adalah pertama kalinya saya akan hidup jauh dari orang tua saya, adik-adik saya, para sahabat saya, semua yang saya cintai dan mencintai saya. Seneng juga iya, rasa syukur karena Allah menganugerahi saya dengan suami yang sabarnya luar biasa. Entahlah jadi apa saya sekarang kalau suami saya tak sesabar beliau. Jangan-jangan udah disuruh balik Pontianak. Kenapa eh kenapa?

Nah, hari pertama kami menuju Sekadau, keluarga saya ikut antar. Serumah ikut nganterin, ditambah tante saya dan 2 sepupu saya yang luculucu. Pulangnya, ya saya ditinggal donk. Di sini inilah momen yang amat sangat mengharukan bagi wanita yang baru 2 pekan menjadi istri, dan baru pertama kali injakkan kaki di tanah orang.

Ketika turun, keluar dari mobil, dada saya seperti akan meledak menahan tangis. Yang paling berat adalah menerima kenyataan harus pisah sama bapak. Begitupun bapak, paling berat pisah dengan anak-anaknya, apalagi pisah dengan saya yang satusatunya anak perempuannya. Ketika saya melambai, sedikitpun bapak tak kuasa menoleh. Ya, beliau tak mau saya melihatnya menahan air mata *ngetik sambil berkacakacaka hikzhikz*. Waktu itu, tidur siang pun saya masih bersimbah airmata. Bangun tidur, malah nangis lagi. My goodness. Betapa cengengnya ya.

Saya pikir, sehari itu saja saya akan semellow itu. Ternyata, besoknya lagi masih mewek. Malah kian menjadi karena bapak menelpon saya sambil nangis juga. Seumur hidup, rasanya baru kali itulah saya mendengar bapak nangisin saya. Saya yang *konon* sangat tegar ini, jadi ikut menangis juga, besok dan besoknya lagi. Sungguh terlalu. Terlalu mellow. Nah, bayangkanlah kalau suami saya tidak cukup sabar menghadapi kemellow-an saya. Allah memang Maha Adil kan ya...

Alhamdulillah, besoknya lagi saya sudah mulai berjalan di atas tanah. Kemarennya kan masih terbang-terbang gitu deh, belum benar-benar bisa menerima fakta dan realita bahwa saya telah tinggalkan Pontianak tercinta. Momen 'perpijakan kaki di atas tanah' itu kami gunakan untuk hunting barang guna ditempatkan di ruko tempat kami bernaung. Dan dimulailah episode-episode baru saya sebagai istri.

Nah, demikianlah kisah pindah kami setelah walimah. Untuk temanteman yang akan segera berumah tangga, baik dalam waktu dekat atau belum direncanakan, persiapkanlah mental dan batin sesiapsiapnya untuk menghadapi perubahan status dari anak menjadi istri atau suami. Apalagi kalau setelah nikah akan pisah kota dengan orang tua. Yeah, kecuali kalau memang sudah terbiasa, kemungkinan untuk mengalami cerita mellow kayak saya tentulah kecil hehehe.

Last but not least, thank you to read and stop by to my blog :)
Read More

© coba template, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena