coba template

Words and Sentences are Inspiration and Motivation

Monday, April 18, 2011

Jadi PNS? Kasi Rp. 75 juta dulu.


Image: here

Nah lho, judul yang sangat controversial ya? Biarin, biar sama kayak media-media online yang suka fenomenal ngasi judul. Supaya rame yang baca hehehe. Anyway, judul itu bukanlah sekedar fiksi belaka. Ini cerita tentang percakapan yang saya dengar secara langsung dalam perjalanan dari Pontianak ke Sekadau, tempat saya berdomisili bersama suami saat ini. Baiklah, mari kita mulai postingan ini dengan melafadzkan Bismillahirrahmaanirrahiim.

Menjadi Pegawai Negeri Sipil barangkali menjadi citacita sebagian warga Indonesia. Alasannya, karena gajinya tetap, liburan tetap digaji, setelah pensiun pun tetap dapat gaji. Belum lagi frekuensi kenaikan gaji PNS yang cukup teratur walaupun persennya tak seberapa. Pokoknya enak deh jadi PNS. Termasuklah orang tua saya yang kuat betul keinginannya menjadikan saya sebagai PNS. Bahkan tahun lalu, saya ikut ngelamar PNS dan bersyukur ga lulus. Cerita tentang kenapa saya bersyukur atas ketidaklulusan saya bisa dibaca di sini.

Sudah menjadi semacam rahasia umum bahwasanya untuk menjadi PNS bukanlah hal gampang. Menjadi gampang asalkan punya link dan punya uang untuk memuluskan langkah menjadi PNS. Nominal uangnya pun luar biasa banyak. Bisa dipake buat bisnis. Nah, awalnya saya hanya sedikit percaya tentang fenomena ini. Karena, saya punya cukup banyak keluarga yang sudah menjadi PNS, juga beberapa teman yang saya tau betul jadi PNS atas hasil perjuangan dan ridho Allah. Anda barangkali salah satunya :)

Kedua orang tua saya, PNS 2-2nya. Jangankan mau nyogok buat jadi PNS. Waktu itu tinggal aja masih di gang kecil dibawah jembatan Kapuas. Link? Mereka orang daerah yang ngelamar PNS di Pontianak. Ga punya link untuk memuluskan jalan. Kemudian, Om saya (suami dari adiknya ibu saya) juga PNS. Jangankan mau nyogok buat jadi PNS, orangtuanya aja ‘cuma’ tukang kayu. Begitulah. Maka, saya tak begitu percaya dengan praktek suap-suapan yang orang-orang bilang karena di sekitar saya tak ada yang seperti itu. Nah, setelah mendengar secara langsung percakapan orang-orang dalam taxi ketika menempuh perjalanan pulang tempo hari itulah saya jadi cukup percaya dengan fenomena memiriskan hati tersebut.

Di dalam taxi yang saya tumpangi, rupanya ada istri pejabat setempat. Sebut saja namanya Ibu Lady (tentu saja bukan nama sebenarnya). Ada juga seorang PNS yang berprofesi seperti Briptu Norman hehehe. Tebak aja sendiri ya :D. Untuk memudahkan jalan cerita, kita kasi nama Palsu (jelas bukan nama sebenarnya, orang tua mana yang tega ngasi nama anak Palsu). Trus, seorang lagi yang terlibat adalah seseorang yang sedang mencari kerja dan pengen jadi PNS. Kita namai ia Melinda (bukan nama sebenarnya). Palsu dan Melinda ini temanan.

Bagian yang membuat saya kaget adalah ketika Ibu Lady yang duduk di samping pak supir yang sedang bekerja berkata begini: “…. siapkan 75 buat jadi pegawai bang, lancar. Tapi anak Ibu malah ga mau disuruh jadi PNS kalo kayak gitu. Dia bilang nanti repot balikinnya lagi. Bener juga ya, dalam hati Ibu,” ujar bu Lady.

Hah? Apa-apaan ini? Jadi PNS 75? Sampe di situ saya masih belum begitu ngeh dengan maksud bu Lady. Keheranan saya terjawab setelah terjadi percakapan berikut ini:

Mas Palsu: Bu, kalo buat jadi perawat 75 juga kah?

Bu Lady: Standarnya sih segitu bang.

Mas Palsu: Ini bu, adek saya pengen jadi PNS juga (sambil pegang pundak Melinda)

Bu Lady: Kalo untuk kesehatan lumayan tuh saingannya. Tapi nanti ibu coba bantu ya. Ada banyak teman ibu di BKD.

Mas Palsu: Boleh tu dek.

Melinda: Adek ni bukan jurusan perawat bang.

Mas Palsu: Calon saya bu yang lulusan perawat. Banyak saingannya buat jadi PNS.

Bu Lady: Kalo adek jurusan apa? Lulusan mana?

Melinda: *menyebutkan jurusan dan nama sebuah universitas di Jakarta*

Bu Lady: Kalau mau ngelamar tahun ini, ngelobinye harus jauh-jauh hari. Trus juga yang penting posisi yang dilamar tersedia. Jangan sampai jurusan lain dengan posisi yang dicari nanti orang-orang bisa heran.

Mas Palsu: Dulu saya pas mau jadi PNS juga siapkan uang, tapi ndak nyampe puluhan juta. Belasan jak.

Bu Lady: Tahun lalu ada 7 orang yang minta tolong sama bapak *maksudnya suami bu Lady yang juga pejabat setempat*, 5 orang lulus semuanya. Tapi itu ngasi uangnya bukan ke Ibu. Nanti dihubungkan ke orang BKDnya langsung. Kalau adek mau, simpan nomor Ibu. Nanti Ibu coba bantu.

Melinda: Boleh lah bu. *sambil simpan nomor bu Lady*.

I was so speechless. Saya berasa jadi setan bisu waktu itu. Membiarkannya tanpa berkata apa-apa. Sesak sekali rasanya dada saya waktu itu. Dalam speechless saya mikir, apakah enaknya jadi PNS tapi pake suap begitu? Apakah gaji yang kemudian diterima tiap bulan menjadi halal? Benar-benar speechless, dan semakin speechless mendengar lanjutan percakapan tersebut:

Bu Lady: Kalo yang buat jadi polisi itu berat juga tu saingannya. Titipannya banyak. Perang bintang di atas tu. Siapa yang bintangnya lebih tinggi ya jatahnya dia. Tapi beberapa tahun lalu anak Ibu sempat mau dijadikan polisi di daerah Gorontalo karena adek Ibu ada posisi di sana. Ndak lolos karena umurnya kurang 2 bulan. Kalo persyaratan yang lewat komputer gitu susah dibohongi. Akhirnya ndak bisa lanjut tes. Padahal anak ibu udah siap-siap berangkat. Tiket udah dipesan. Udah packing. Sempat stress dia.

Bu Lady: Belum lagi yang jadi tim sukses. Ada tuh teman ibu anaknya ndak lulus di daerah *menyebutkan nama daerah di Kalimantan Barat, dekat Pontianak*. Dia udah jadi tim sukses bupati itu. Ternyata banyak yang jadi tim sukses beliau kan, jadi bupatinya pun bingung mau luluskan yang mana.

Oh my goodness! Porak poranda sekali sistem di negara ini. Begitu gampang dimasuki orang-orang tak bertanggungjawab yang seenaknya mengambil jatah orang yang seharusnya lulus. Inilah yang disebut sebagai Uang Berbicara. Sudah biasa terjadi di negeri ini, dan FAKTA, BENAR ADANYA. Saya dengar langsung hari Rabu, 6 April 2011 dalam Kijang Innova menuju Sekadau. Rasanya pengen lapor polisi, tapi kalo di atas malah ‘perang bintang’ buat ambil posisi itu, ngapain juga.

Dalam kondisi seperti itu, saya gunakan selemah-lemahnya iman: berdoa agar saya terhindar dari golongan yang demikian dan berharap semoga orang-orang ini sudah tau tentang hadits Baginda Rasul SAW yang berbunyi:

“Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ia berkata, Rasulullah sa mengutuk penyuap dan yang menerima.” (H.R At Tirmidzi)

“Dari Abdullah bin Amr, bahwasanya ia berkata: Rasulullah saw bersabda; Laknat Allah semoga diturunkan kepada orang yang menyuap dan yang menerima suap.” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Abu Zur’ah dari Tsaubah berkata: Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap, yang disuap, dan perantaranya” (HR. Ahmad)

Tentu saja saya sama sekali tidak menggeneralisir bahwa semua yang jadi PNS melewati proses suap-suapan. Oknum lah yang melakukannya, dan oknum tersebut memang benar-benar ada di negara tercinta ini. Pantas saja sebagian orang pesimis bahwa korupsi di Negara ini sulit diberantas. Semacam sudah mengakar sampai ke poripori paling dalam. Tapi, saya pribadi masih optimis bahwa Harapan itu Masih Ada. Mari kita Bekerja Untuk Indonesia. Horeeee.

Oiya, again, the last but not least, jika temanteman yang sekarang sedang baca pos ini merasa tersinggung, saya mohon maaf ya. No intention at all to do so, kok. Ini murni menceritakan fenomena di negara tercinta Indonesia. Harapan saya, semoga setelah baca tulisan ini, akan smakin banyak yang lebih takut pada adzab Allah daripada sekedar takut ga lulus PNS. Sekian dan terima kasih :)

8 komentar:

  1. Asslamu'alaykum, selamat ya buat pernikahannya. Barokallahu.... :D kelanjutannnya lupa ^_^

    Mengenai sogok menyogok dan kesuksesan dalam hidup (baca: sukses dimata duniawi), Angga pribadi selalu berpegang teguh pada azimat

    1. Keyakinan adalah doa... apa yang kita yakini itulah yang jadi munajat kita kepada Allah. Jadi, kl kita yakin sukses, maka kita minta sukses kepada Allah. Kl kita yakin terpuruk, maka kita minta terpuruk kepada Allah. So, silakan pilih sendiri mau punya keyakinan apa.

    2. Prasangka adalah doa... Kl kita nyangkanya ujian kali ini lulus, maka kita secara tidak langsung berminta lulus kepada Allah, begitu juga sebaliknya

    3. Kate Allah,"Aku menurut sangkaan hambaKu kepada Ku." Yah, rumusnya udah gitu, sangka aja lulus pas ujian, insya Allah diluluskan ma Allah,

    4. Apapun yang terjadi, itulah yang terbaik dari Allah... sekalipun buruk, kl direnungkan dengan hati yang ikhlas karena Allah.. pasti ketemu dimana baiknya buat kita dari kejadian buruk itu.

    Yang terpenting, TEKAD untuk tidak terjerumus. Ga usah PNS dan Pengusaha gedongan, yang kecil juga bisa hidup dan menghidupi orang lain (baca: infak dan sedekah).

    Buktinya yang punya blog ini, jadi dosen tamu di kampus saya, hehehehe. DOSEN gittu loh. Ga penting honornye kecil, tapi DOSENnnya itu loh. Bisa bikin dipandang orang n insya Allah dijadikan referensi ma orang buat narik jd di DOSEN dikampusnya (rejeki lagi deh)... Hehehe becanda dink.

    Sebenernya ngga enak jadi PNS buat orang2 yang udah terbiasa Free. Kerja terbang sana terbang sini. Terikat itu ngga ada enaknya, kec. buat orang yang emang seneng ke situ2 aja ngga da pemandangan laen. Me pribadi syukur ada internet, kl ngga mati gila kali di kantor...

    ReplyDelete
  2. Satu lagi. copas alinea terakhir

    akan smakin banyak yang lebih takut pada adzab Allah daripada sekedar takut ga lulus PNS.

    Jangan pernah punya pikiran takut ga lulus. Itu adalah keyakinan, harapan, dan prasangka kita kepada Allah. Kl udah berpikir ga lulus, ya jangan salahkan nasib kl emang ga lulus. Wong kitanya minta pada Allah ngga lulus. ^_^

    ReplyDelete
  3. wuih, tebakan dini benar, pengomen pertama adl PNS hehe.. Anyway, bener apa yg kak angga bilang.. 'Aku adl apa yg hambaKu sangkakan' merupakan hadits qudsi yg undeniable. Kalo kate org barat, 'you are who think you are'. Syg sekali byk pihak yg malah skeptis & pesimis dgn melakukan suap. Knp menyuap? Ya itu, salah 1 alasannye kan pasti karne nd pede bakalan lulus hehe.. Kembali lagi pada sunnatullah bhw rezeki, jodoh, maut takkan tertukar. Cara dptnya saja yg beda2. Semuanya pasti atas izin Allah, walaupun belum tentu dinaungi ridho & rahmat Allah :) Wallahualam.

    ReplyDelete
  4. hahahahahhahahahaha....

    baru tahu ke Kakak...

    kalau saya mah sudah tahu dari kecil makanya nggak pengen jadi PNS...

    ReplyDelete
  5. Betuuuuul..
    Bpk saya malah dulu berenti PNS, banting stir wiraswasta. Tak tahan beliau. Hehe

    ReplyDelete
  6. @kak hani, wuiiih saya ketinggalan jaman brarti..

    @mudrica, really? keputusan yg tak mudah pastinya, keluar dari comfort zone :)

    ReplyDelete
  7. hmm.. saya setuju dengan Angga, semuanya tergantung niat juga ya, krn saya dan keluarga rata2 PNS dan alhamdulillah semuanya gak pake duit, kecuali buat fotokopi berkas :D
    so, walaupun org bilang jd PNS banyak yg pake duit, buat yg niat jd PNS, jgn khawatir, pejabat/panitia pasti masih ada yg jujur, jadi kalau rejekinya lulus insya ALLAH bakal lulus.
    fyi, keluarga kami itu ad lulus di diknas, deplu, polri, diskominfo, bappeda, dll (100% g pake nyogok insya ALLAH :)
    enaknya jadi PNS? kalu saya yg tenaga teknis sih, krn bisa nyambi sana-sini, hehehe
    jadi sambil jadi pNS masih bs wiraswasta..
    tp apapun medianya, rizkinya ttep dari ALLAH

    sebelum lupa, selamat ya din atas pernikahannya, gampang gak fotonye tuh :p mesra bener, ntar yg laen jadi pengen lho hahahha

    ReplyDelete
  8. yoha kak teh. Dak liat keh foto utk postingan ini org nolak sogokan? Itu salah 1 refleksi bahwasanya msh ade pns jujur di Indonesia. Contohnye? Bapak mak kme pns di diknas, insya Allah jujur hehe..

    Klo foto c emang sengaje pasang yg lumayan mesra, supaya yg blm nikah jadi pengen nikah :D *winkwink

    ReplyDelete

© coba template, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena