coba template

Words and Sentences are Inspiration and Motivation

Friday, September 16, 2011

Segera selesaikan kuliahmu, nak..

Hari ini, si ganteng alias adik saya Nizamuddin Arriyadhi mulai menjadi mahasiswa FKIP Bahasa Inggris di Universitas Tanjungpura. Sama dengan saya? Jurusan dan program studinya sama, tapi jam belajarnya beda. Yoih, adik saya ambil kelas reguler B. Sementara itu, salah satu siswa saya di kelas IPA MAN 2 Pontianak, sebut saja namanya Arif Cahyo Imanuddin *nama sebenarnya*, kuliah di jurusan dan prodi yang sama dengan saya, dengan jam belajar yang sama juga, kelas pagi alias regular A. Nah, pagi tadi keduanya nanya-nanya ke saya tentang dunia kuliah. A lot of things they asked.

Sebetulnya, bukan tadi pagi saja saya ditanyai tentang dunia perkuliahan, especially di FKIP Bahasa Inggris tempat saya menimba ilmu. Jauh hari sebelum saya selesaikan skripsi, sebagian siswa saya di MAN 2, di bimbel, di kursusan sudah cukup banyak bertanya tentang seperti apa kuliah nanti. Maka, saya yang saat itu sudah kuliah pun berbagi apa yang saya tau dan saya alami. Berdasarkan pengalaman pribadi tentunya :D

Bicara tentang kuliah, saya jadi teringat di awal-awal kuliah dulu, ada kalimat selewat yang mampir di telinga kami *saya, Linda, dan Fika yang dari awal kuliah sampe dengan selesai hampir selalu bersama-sama*. Sederet kalimat yang berbunyi: "Aaah, di awal kuliah sih emang rajin, semangat 45. Tapi liat lah nanti kalo udah di tengah-tengah menuju akhir, pasti ilang tuh semangat di awal." Sebagai mahasiswa baru, waktu itu kami percaya aja deh. Tapi, setelah kami jalani, alhamdulillaah kalimat tersebut, sama sekali tidak terjadi pada kami. Sempat agak lemes ketika kerjakan tugas, ya. Tapi tidak sampai kehilangan semangat sama sekali sehingga harus membuat kami berhenti kerjakan tugas maupun skripsi. Rugi doonk.

Memang, beberapa senior yang kami kenal, baik di fakultas yang sama maupun fakultas lainnya, kentara sekali mengalami penurunan semangat untuk selesaikan studi mereka. Yah, saya pribadi menilainya dari lamanya waktu studi mereka. Idealnya, kalo di Untan sih ya, kuliah itu bisa diselesaikan dalam waktu 3,5 - 5 tahun. Untuk mahasiswa di beberapa fakultas, selesai dalam waktu 3,5 tahun mah gampang. Tapi di fakultas tertentu lainnya, bisa selesai 4,5 tahun sudah bersyukur kepada Allah Yang Maha Esa.

Maka dari itu, jikalau ada beberapa rekan, baik rekan senior, seangkatan maupun junior yang selesaikan kuliah sampai lebih dari 5 tahun, saya golongkan sebagai mahasiswa yang semangatnya sempat meredup. Kenapa demikiaaan? Sebelumnya, maaf yeee untuk yang tersinggung hehehe.. Ini hanya analisa saya, sekaligus juga siapa tau bisa jadi sedikit motivasi untuk cepat-cepat hengkang dari kampus heheh.

Nah, kenapa sih seorang atau beberapa orang mahasiswa bisa sampai menurun semangatnya untuk selesaikan kuliah? Menurut saya pribadi, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan atau faktor eksternal.

Faktor internal antara lain:

1. Malas.
Ini sepertinya menjadi alasan paling banyak mendera mahasiswa tingkat akhir. Sewaktu kuliah, saya cukup sering nongkrong di kantin kampus dan mendengar langsung alasan ini dari beberapa teman. Ah, sebagian besar malah. Bahkan, saya pun pernah kok mengalaminya ihihi. Tapi alhamdulillaah segera terbangun dari rasa malas ketika teringat motivasi yang saya punya supaya bisa segera hengkang dari kampus tercinta.

2. Kurang memiliki motivasi.
Ini juga sebetulnya yang membuat beberapa mahasiswa tingkat akhir sulit lepas dari rasa malasnya. Punya motivasi itu sangat perlu. Waktu itu, ketika malas pelan-pelan menghampiri saya, dan saya mulai terlena, saya munculkan segera motivasi saya. Antara lain: Saya tak mau kecewakan orang tua. Kalau menuruti rasa hati siih, saya merasa waktu itu sudah dalam zona aman dan cukup nyaman.

Tanpa gelar s1, saya bisa mengajar di sanasini, saya bisa menjadi dosen, saya sudah punya kerjaan kok. Tapi, berhubung sayalah yang memulai belajar di FKIP Bahasa Inggris Untan kala itu, maka saya pula yang harus selesaikan studi saya. Membahagiakan kedua orang tua yang sampai hari ini selalu membuat saya bahagia. Selain itu, memberi contoh kepada adik-adik saya bahwa kalau kuliah nanti, jangan sampai berhenti di tengah jalan karena itu berpotensi menyakiti hati kedua orang tua kita. Begitulah beberapa motivasi yang saya punya. Oh 1 lagi, waktu itu saya pengen nikah ihihi. Walopun menikah tak perlu ijazah s1 dan tak penting lah gelar S.Pd di undangan walimah, tapi bagi orangtua saya saat itu, lebihbaik selesaikan kuliah dulu baru deh nikah. Alhamdulillah yahh, I got both now :D

3. Sibuk cari uang
Alasan yang ketiga ini sangat banyak saya temukan di kampus saya. Memang sulit mencari mahasiswa prodi Bahasa Inggris yang tidak mengajar. Rata-rata teman saya waktu itu, minimal mengajar di 1 tempat les. Bahkan ada yang mengajar di sekolah. Ah, yang ngajar di kampus aja ada kok :p Tak hanya mahasiswa prodi Bahasa Inggris saja yang rajin bekerja, dari fakultas dan prodi lain pun tentunya tak kalah banyak. Ada yang sambil bisnis suvenir, sambil kerja sebagai SPG, kerja sebagai administrasi kantor, jadi guru ngaji, sambil jadi penyiar, ah macem-macem profesi deh. Mahasiswa yang bekerja itu emang keren siih B-)

4. Time management yang buruk.
Keenakan cari duit, rupanya lupa untuk atur skala prioritas. Jeleknya, pengaturan waktunya jadi kacau. Lupa kalau masih kuliah. Lupa kalau nyusun skripsi itu melibatkan dosen yang jauh lebih sibuk daripada sekedar mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Salah seorang dosen pembimbing saya pernah cerita ke saya, ada mahasiswa bimbingannya yang ketika diminta untuk datang jam sekian untuk konsultasi skripsi malah bilang gak bisa karena tabrakan sama jadwal ngajar. Pliss deh. Kalau sudah seperti ini, sebaiknya ngajarnya dipending dulu deh. Kalo perlu, ketika sudah masuk fase nyusun skripsi yang memerlukan fokus lebih tinggi dan lebih banyak waktu untuk konsultasi dengan dosen, kurangi dulu lah jam kerjanya. Karena, tak bisa juga kita salahkan dosen untuk perkara yang sebetulnya menjadi kekurangan kita sebagai mahasiswa.

5. Cuti.
Cuti nikah, cuti hamil, cuti beasiswa, cuti program pertukaran pelajar, dan cuti-cuti lainnya membuat mahasiswa terpaksa jadi lama selesaikan studinya. Asalkan habis cuti jangan malah jadi lupa aja sih ya kalo masih ada kuliah yang harus dilanjutkan.

Itu beberapa Faktor internal yang saya rangkum menjadi 5 items. Kalau temanteman merasa bahwa tak satupun dari 5 faktor itu ada di diri temanteman, maka barangkali beberapa faktor eksternal ini yang jadi penyebab mandegnya studi:

1. Dosen sibuk
Namanya juga dosen, ya wajar kali ya kalo sibuk. Tapi kadangkala ada juga dosen *yang menurut pandangan mahasiswa* sibuknya udah kebangetan. Seperti lupa kalo punya bimbingan. Susah beuudz mau ketemuan doang. Sering mondar mandir ke luar negeri pula. Waduuuh, repot ya. Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi dosen super sibuk begini. Buat appointment yang rapi dan bisa dipertanggungjawabkan. Kalo semisal sampe 3x appointment dilanggar oleh dosen yang bersangkutan, mendingan segera ke pihak akademik atau pihak berwenang untuk minta diganti dosen pembimbing. Rugi donk menghabiskan waktu yang berharga untuk menunggu dosen sibuk yang tak kunjung bisa ditemui.

2. Riset yang dipilih terlalu sulit.
Ini juga pernah dialami beberapa teman saya. Judulnya ketinggianlah, sulit diaplikasikan di sekolah lah, ini lah, itu lah, blah blah blah. Hasrat hati ingin punya judul skripsi yang terkesan bombastis dan sophisticated, apa daya sarana dan prasarana belum memadai. Hasilnya, judul dirombak, riset ngulang dari awal. Aiih, ribet sendiri deh. Saya jadi teringat pesan papanya sahabat saya, Herlianti Anissa. Kata beliau, kalau untuk studi yang 'cuma' s1, jangan terlalu kedepankan idealisme lah. Nanti kalau mau s2 atau s3, silakan keluarkan semua idealismenya. Yaaah, asal jangan skripsi minta dibikinin orang lain aja. Kalo kayak gitu sih namanya curang dan memalukan.

3. Dosen menyimpan sentimen pribadi.
Hal ini pernah saya tanyakan di awal ospek dulu. Oscama namanya. Dalam auditorium Untan, dengan suara merdu *cieee, ini kata Linda loh ihihi* saya bertanya pada dosen atau bahkan dekan dari fakultas entah apa: "Pak, apakah ada dosen yang sentimen dengan mahasiswanya?". Pertanyaan saya mendapat tepuk tangan meriah dari beberapa senior yang nonton dari atas audit. Prok prok prok prok. Ge er deh saya jadinya :p Daaaan, ternyata jawaban bapak tersebut: "Tidak ada dosen yang sentimen dengan mahasiswa". Well, setelah alami sendiri proses perkuliahan, saya tidak bisa sepenuhnya setuju dengan jawaban bapak tersebut. Karena, jujur saja, memang ada dosen yang menyimpan sentimen pribadi pada mahasiswa. Terlihat dari perlakuan dosen pada mahasiswa kok.

Tapi, tentu sebagai mahasiswa, kita harus berfikir fair. Pasti ada penyebabnya kenapa seorang dosen bisa sampe sentimen ke mahasiswa. Tak mungkin dosen tiba-tiba sentimen. Barangkali ada sikap mahasiswa selama di kelas yang tidak berkenan di hati dosen. Nah, kalau temanteman merasa bahwa ada dosen yang menimbulkan gejala sentimen, sebaiknya segera caritau penyebabnya. Jangan biarkan berlarut-larut, karena harus diakui, selama di kampus 'nasib' ada di tangan dosen.

Bersikap baiklah selama di kampus. Biarin aja orang lain beranggapan kita cari muka kek, 'menjilat' dosen kek, ah terserah deh. Biarlah orang berkata apaaa. Toh, bersikap baik dan sopan sama dosen adalah salah satu akhlak mahmudah, sopan terhadap yang lebih tua #eaaaa :p

Begitulah, temanteman. Seperti apapun sulitnya perjalanan mengarungi bahtera di dunia kuliah, kobarkanlah terus semangat yang membara dalam tiap langkah temanteman. Buatlah catatan sejarah yang baik. Jika ingin dikenang sebagai seorang alumni fakultas dengan prestasi cumlaude, buatlah dari sekarang. Gelar yang hanya s1 memang bukan apa-apa. Tapi perjalanan menuju ke sana menjadi sebuah pertanda, bahwa kita menghargai proses belajar, bagaimana kita menghargai kejujuran, dan pada akhirnya kepuasan tersendirilah yang akan kita raih.

Selamat melanjutkan perjuangan di bangku kuliah. Semoga keluar dari kampus dengan hasil gilang gemilang.

7 komentar:

  1. kalaw sudah Malas ya sudah titik. Mari kita perangi malas

    ReplyDelete
  2. @isma, mangstab gan!

    @kang asep, yuuuk mariii

    ReplyDelete
  3. Dosen pilih kasih mbak.. jika ada mahasiswa yg di anggap nya lebih mahasiswa itu itu terus yang di lebih2kan....

    ReplyDelete
  4. Nah, be the student whom lecturer loves to share more, then :D krn emang commonly, guru/dosen lebih suka dgn murid/mahasiswa yg cerdas, walaupun idealnye, pilihkasih bukanlah tindakan yg fair.. atau, kalo masih merasa dosen pilihkasih, jgn segan utk komplain. Komplain dgn bahasa yg sopan donk tentunya :) intinye tu, harus pandai2 ngambil ati dosen ˆ⌣ˆ

    ReplyDelete
  5. abg punye motivasi tinggi, aktif and yet, malas kerje dirumah(mak mak), nggak sibuk nyari' duet(kerje yak tadak, duet d bank ade), tapi abang sucks at time management. okelah, abg usahakan!

    ReplyDelete
  6. @si ganteng, yeeeay akhirnye yg disinggung di postingan nongol ihihihi.. Siip lah, pokoknye kalo ade ape2 yang nak ditanya, tinggal sms kkmu yg cantik ini..

    ReplyDelete

© coba template, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena